Jumat, 20 November 2009

untuk apa sekolah?

memeras otak sepanjang jarak waktu
memenjarakan diri di depan guru
konon, menyebutnya menghimpun ilmu
berserak rumus, logika dibuhul jadi satu
menyimpulnya dalam ingatan dan qolbu
apakah memang galibnya begitu?

rutinitas ini bergerak sepanjang hari
kecerdasan dan keterampilan jauh dari harap yang dinanti
banyak juga yang bertanya, kok jadi gini?
orang bilang jauh panggang dari api

anak-anak kita malah pintar berdusta
tak percaya? tanya berapa nilai mereka
jawabnya nilai sempurna adalah hasil penjumlahan kerja bersama
kejujuran menjadi barang langka
agaknya, praktik penyimpangan berakar di sana!

waktu terus beringsut dalam hitungan yang tak pernah surut
sementara guru masih menilai baik sang penurut
kurikulum dimaknai dengan cara butut
bagaimana tak menjadi buntut
mengejar kemajuan sambil terkentut-terkentut
lengkap sudah pendidikan sebagai gudang carut marut

zaman kini belajarlah sambil tertawa
jika perlu ledakkan isi kepala
susun logika, terus bertanya
temukan sumbu dunia dalam rangkaian kerja yang bermakna
robohkan tembok, pasang beribu jendela
biarkan setiap kepala melongok melihat dunia dengan cara berbeda
ajaklah memilih bintang tempat menggantung asa

(Heru Warsono)

1 komentar: